Content pruning atau pemangkasan konten adalah strategi yang semakin populer di dunia SEO. Istilah ini merujuk pada proses menghapus, memperbarui, atau menggabungkan konten yang kurang berkualitas atau tidak relevan di sebuah website untuk meningkatkan performa di search engine.
Tidak peduli seberapa besar atau kecil situs, content pruning bisa menjadi kunci untuk meningkatkan peringkat SEO. Artikel ini akan menjelaskan semuanya, mulai dari apa itu content pruning, bagaimana melakukannya, hingga tips praktis agar strategi ini berhasil.
Daftar isi
Apa Itu Content Pruning?
Secara sederhana, content pruning adalah membersihkan “semak-semak liar” di website kamu. Sama seperti taman yang butuh perawatan agar tanaman sehat tumbuh dengan baik, website juga memerlukan pembersihan dari konten yang kurang relevan, tidak berkualitas, atau tidak memberikan nilai tambah.
Tujuannya bukan sekadar menghapus konten, tetapi memastikan bahwa semua yang ada di situs relevan, bermanfaat, dan sesuai dengan tujuan audiens kamu. Hasilnya? Situs kamu akan lebih menarik di mata Google dan audiens!
Mengapa Harus Melakukan Content Pruning?
Content pruning bisa membantu meningkatkan peringkat situs kamu di mesin pencari. Caranya dengan mengidentifikasi dan memperbarui atau menghapus informasi yang sudah usang atau kurang akurat di situs kamu.
Kenapa ini penting? Dalam Google Helpful Content, disebutkan Google selalu berusaha menampilkan informasi yang paling bermanfaat, relevan, dan terbaru untuk penggunanya.
Selain itu, ada beberapa manfaat lain dari content pruning, seperti:
- Pengalaman pengguna yang lebih baik
Dengan memberikan informasi yang up-to-date dan relevan, pengunjung akan merasa puas saat mengakses situs kamu. Ini juga bisa membuat mereka ingin kembali lagi. - Lebih banyak traffic organik
Memangkas konten juga bisa mencegah masalah seperti keyword cannibalization atau duplikasi konten yang dapat menurunkan visibilitas situs kamu di mesin pencari. Hasilnya? Traffic dari mesin pencari pun bisa meningkat. - Pemanfaatan anggaran crawl yang lebih efisien
Google hanya akan meng-crawl sejumlah halaman tertentu dari situs kamu sebelum beralih ke situs lain. Jadi, pastikan anggaran crawl ini digunakan untuk halaman-halaman dengan kualitas terbaik—terutama jika situs kamu punya lebih dari 10.000 halaman.
Bagaimana Cara Melakukan Content Pruning?
Secara sederhana, content pruning itu seperti bersih-bersih rumah. Kita melihat apa saja yang sudah tidak berguna, membuang yang tidak diperlukan, memperbaiki yang rusak, dan mengatur ulang supaya semuanya rapi dan nyaman. Nah, berikut langkah-langkahnya:
1. Buat List Konten
Pada tahap ini, kamu perlu membuat daftar lengkap semua konten yang ada di website kamu. Gunakan aplikasi seperti Conductor untuk membantu prosesnya.
Daftar ini tidak cuma untuk artikel, tapi juga harus mencakup gambar, video, dan file PDF.
Supaya datanya lebih lengkap, tambahkan juga:
- Data dari CMS (Content Management System) kamu.
- Informasi dari alat analitik web, seperti Google Analytics, Google Search Console, dan Bing Webmaster Tools.
- Data backlink dari tools seperti Ahrefs.
Biasanya, akan ada banyak data duplikat, jadi pastikan kamu menyaringnya sehingga hanya konten unik saja yang tersisa.
2. Hapus Secara Bertahap
Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah content audit. Nah, dalam melakukan content audit, kalau ada perubahan besar yang berisiko, lebih baik lakukan secara bertahap. Begitu juga saat memangkas halaman di website kamu. Jangan langsung hapus semuanya sekaligus.
Dengan menghapus konten sedikit demi sedikit, kamu bisa memantau dampaknya. Misalnya, apakah traffic organik tiba-tiba turun drastis, atau ada halaman penting yang jadi “terlantar” alias tidak terhubung ke halaman lain.
Kalau terjadi masalah, dampaknya jadi lebih mudah dikendalikan, dan kamu bisa mengembalikan perubahan tanpa kesulitan besar.
Untuk setiap konten, lengkapi dengan informasi berikut:
- Tujuan konten – Apa yang ingin dicapai dengan konten ini?
- Target audiens – Siapa yang ingin dijangkau dengan konten ini?
- Kata kunci pencarian – Query apa yang seharusnya membuat konten ini muncul di hasil pencarian?
Dengan langkah ini, kamu bisa punya gambaran jelas tentang konten apa saja yang ada di website dan bagaimana fungsinya.
3. Gunakan 301 Redirect ke Halaman yang Paling Relevan
Kalau halaman yang kamu hapus punya backlink atau masih mendapatkan traffic, jangan langsung dibuang begitu saja. Lebih baik alihkan URL lama ke halaman lain di situs kamu yang topiknya mirip.
Halaman yang relevan ini sebaiknya punya konten yang serupa, sehingga pengunjung yang mengklik URL lama tidak merasa nyasar atau bingung. Dengan 301 redirect ini, kamu tetap bisa memanfaatkan backlink dan traffic dari halaman yang dihapus.
4. Gabungkan atau Gunakan Ulang Konten yang Dihapus
Jangan langsung buang konten yang dihapus, karena meskipun keseluruhan halamannya buruk, bisa saja ada bagian dari kontennya yang masih bermanfaat. Ada dua cara yang bisa kamu lakukan:
a. Gabungkan Konten (Consolidating)
Kumpulkan informasi yang terkait dari beberapa halaman yang dihapus, lalu satukan ke dalam satu halaman baru. Ini juga memudahkan untuk melakukan redirect 301 dari halaman yang dihapus ke halaman baru tersebut.
b. Gunakan Ulang Konten (Repurposing)
Ubah informasi dari halaman yang dihapus menjadi format yang lebih bermanfaat. Misalnya, jadikan kontennya sebagai rangkaian email, konten media sosial, atau bahkan sebuah e-book yang bisa diunduh.
5. Ukur Dampaknya
Setelah memangkas konten, langkah berikutnya adalah mengevaluasi hasilnya. kamu bisa melihat perbedaan sebelum dan sesudah melalui beberapa metrik seperti:
- Indexing
- Traffic pencarian
- Pengalaman pengunjung
Perlu diingat, mengukur dampak content pruning memang tidak begitu mudah. Biasanya, pruning dilakukan bersamaan dengan upaya peningkatan SEO lainnya, jadi sulit memastikan efek spesifiknya. Lagipula, tidak mungkin menghentikan produksi konten hanya untuk melihat dampak pruning secara terisolasi.
Cari saja perubahan positif yang muncul dengan cepat dan tidak mudah dijelaskan oleh inisiatif lain. Dengan begitu, kamu bisa melihat apakah pruning kamu berjalan sesuai rencana.
Konten Seperti Apa yang Harus Di-pruning?
Tidak semua konten perlu dihapus. Berikut adalah beberapa jenis konten yang biasanya layak untuk di-pruning:
A. Konten dengan Traffic Rendah
Jika artikel kamu tidak pernah mendapatkan traffic dalam 6–12 bulan terakhir, mungkin saatnya untuk mengevaluasi apakah konten itu masih relevan. Buatlah artikel SEO friendly yang bisa membantu menaikkan traffic website.
B. Konten Lama
Informasi lama atau ketinggalan zaman (misalnya, tren SEO 2015) sering kali tidak lagi berguna dan bisa kamu hapus atau update.
C. Konten Tipis (Thin Content)
Artikel yang sangat pendek dan tidak memberikan nilai tambah sering kali dianggap berkualitas rendah oleh Google.
D. Duplikat Konten
Jika kamu memiliki duplikat konten atau konten yang hampir sama atau identik di beberapa halaman, sebaiknya gabungkan menjadi satu artikel yang lebih lengkap.
Sudahkah Kamu Melakukan Content Pruning?
Content pruning memang bisa jadi langkah yang jitu untuk meningkatkan performa website di mesin pencari sekaligus memberikan pengalaman terbaik untuk pengunjung.
Tapi, proses ini tentu butuh waktu, analisis yang cermat, dan strategi yang tepat. Kalau kamu merasa kesulitan atau butuh bantuan, tenang saja! Kamu bisa mengandalkan jasa SEO dari Whello.
Whello sudah berpengalaman membantu berbagai jenis klien dari beragam industri dengan strategi yang efektif dan terarah. Plus, mereka juga menawarkan konsultasi gratis, lho! Jadi, nggak ada alasan untuk ragu. Yuk, optimalkan website kamu sekarang bersama Whello!
Apakah menghapus konten akan merugikan situs saya?
Tidak, selama kamu menghapus konten yang tidak relevan atau berkualitas rendah. Justru, ini dapat meningkatkan peringkat dan performa situs kamu secara keseluruhan.
Bagaimana jika konten saya tidak punya traffic, tetapi berkualitas?
Jika konten berkualitas, coba perbarui atau promosikan ulang. Mungkin konten tersebut belum mendapatkan perhatian yang layak.
Seberapa Sering Harus Melakukan Content Pruning?
Idealnya, content pruning dilakukan setiap 6–12 bulan sekali. Namun, jika sering menambah konten baru, kamu mungkin perlu melakukannya lebih sering.
Apakah content pruning hanya cocok untuk blog?
Tidak, content pruning bisa dilakukan di semua jenis situs, termasuk e-commerce, situs berita, atau website perusahaan.
Mulai optimasi SEO website bisnismu sekarang!
Dapatkan posisi page 1 Google dan tingkatkan traffic serta revenue pada website bisnis kamu dengan SEO. Konsultasi dengan specialist kami sekarang!
Mulai Konsultasi!Ingin konsultasi
dengan para specialist
Whello?
Tips lainnya dari kami
Ecommerce Vs Website: Mana yang Baik untuk Brand Fashion?
Jelajahi dunia digital marketing untuk fashion brand. Bandingkan ecommerce dan website untuk menemukan solusi terbaik bagi bisnis kamu!
Facebook Ad Auction: Strategi Bidding Iklan Facebook
Tingkatkan performa iklan kamu dengan memahami Facebook Ad Auction. Dapatkan strategi bidding yang tepat di sini!
Targeting Vs Observation di Google Ads: Ketahui Perbedaannya!
Pelajari perbedaan antara targeting vs observation Google Ads. Temukan strategi yang tepat untuk meningkatkan efektivitas kampanye iklan kamu!
Follow us on Instagram
Temukan tips bermanfaat digital marketing serta keseruan spesialis Whello dalam menumbuhkan brand, hanya di Instagram @whello.indonesia. Follow, ya!