E Archives | Whello Indonesia

Misalnya, kamu bikin artikel tentang digital marketing, lalu kamu cantumkan link menuju sumber resmi seperti ahrefs.com atau moz.com. Nah, itu dia external link.

Simpelnya,
Internal link = link ke halaman lain di websitemu
External link = link ke website lain

 

Manfaat External Link

  • Meningkatkan Pengalaman Pengguna
    Google suka website yang helpful, dan salah satu cara bikin konten kamu makin informatif adalah dengan menautkan sumber terpercaya.
    Saat kamu kasih link ke artikel pendukung, studi kasus, atau tools tambahan, pengguna akan merasa lebih terbantu dan nyaman karena bisa eksplor lebih lanjut.
  • Mendukung SEO dan Peringkat di SERP
    Google menganggap kamu “bermain fair” saat kamu mengutip atau merujuk sumber kredibel. Ini bikin algoritma percaya kalau kamu menyajikan informasi yang akurat, bukan asal nulis. Jadi, poin plus buat ranking di SERP!
    Tapi ingat, jangan asal kasih link. Pilih situs yang terpercaya dan relevan dengan topik. Hindari link ke website yang suka spam atau nggak jelas.
  • Mendatangkan Traffic Tambahan
    External link juga bisa mendatangkan traffic lho. Misalnya, kamu sering ngelink ke website tertentu secara berkualitas dan relevan, pemilik website itu bisa notice dan mungkin balik kasih backlink ke kontenmu (istilahnya: link reciprocity).
    Selain itu, banyak platform aggregator atau tool SEO yang memantau dan menampilkan artikel yang sering memberikan trusted citation.

Kesimpulan

External link bukan cuma “jalan keluar” buat pembaca, tapi juga jembatan yang memperkuat kredibilitas konten kamu. Dengan menautkan sumber yang tepat, kamu nggak cuma bantu pembaca dapat informasi lengkap, tapi juga bikin Google makin percaya sama kualitas kontenmu.

Kalau kamu masih bingung dan butuh bantuan untuk optimasi performa website, kamu bisa menggunakan  jasa SEO, lho!

Karakteristik Experiential Marketing

  • Berorientasi pada Pengalaman Konsumen

    Experiential marketing fokus banget buat kasih pengalaman yang bisa “nempel” di ingatan konsumen. Bukan sekadar produk, tapi juga sentuhan emosional, interaksi sosial, bahkan suasana yang bikin mereka ngerasa terlibat langsung.

    Kenapa ini penting?
    Karena pengalaman jauh lebih gampang diingat, bikin konsumen lebih terlibat, dan pastinya memperkuat hubungan jangka panjang sama brand kamu.

 

  • Produk Jadi Pengalaman, Bukan Sekadar Barang

    Dalam experiential marketing, yang dijual bukan cuma barang, tapi juga suasana dan nuansa di baliknya. Orang beli karena ingin ngerasain pengalaman, bukan sekadar punya.

    Efeknya?
    Konsumen lebih loyal, lebih sering beli, dan jadi brand advocate yang rela cerita ke orang lain karena mereka suka pengalamannya.

 

  • Emosi Adalah Kunci

    Keputusan beli seringkali dipicu perasaan, bukan logika. Makanya, experiential marketing banyak main di sisi emosional kayak nostalgia atau rasa senang.

    Hasilnya?
    Brand kamu lebih mudah diingat dan punya nilai emosional di mata konsumen.

 

  • Fleksibel dan Kontekstual Sesuai Target Audiens

    Setiap brand punya pendekatan beda tergantung audiensnya. Karena itu, experiential marketing nggak kaku dan bisa disesuaikan agar tetap relevan dan impactful.

    Contohnya?
    Brand outdoor gear bikin mini event hiking bareng komunitas, sedangkan brand fashion streetwear bikin pop-up store dengan live mural art dan DJ performance. Dua-duanya pakai experiential marketing, tapi pendekatannya beda karena target marketnya berbeda.

Manfaat Experiential Marketing

  • Brand Kamu Makin Dikenal
    Kalau pengalaman brand kamu menarik dan ngena, orang nggak cuma ingat—mereka juga cerita ke orang lain. Apalagi kalau kamu kasih mereka kesempatan nyobain langsung tanpa bayar. Efeknya? Brand awareness naik dan potensi word-of-mouth juga ikut meledak.
  • Membangun Koneksi Langsung Dengan Konsumen
    Dengan experiential marketing, kamu bisa ngobrol langsung sama calon pelanggan. Kamu nggak cuma jual produk, tapi juga cerita, kesan, dan interaksi yang bikin mereka merasa lebih dekat sama brand kamu.
  • Mendorong Loyalitas Konsumen
    Orang cenderung lebih setia kalau mereka punya pengalaman positif. Begitu mereka merasakan langsung keunggulan produk kamu, peluang mereka untuk balik lagi, bahkan jadi pelanggan setia jadi makin besar.
  • Meningkatkan Penjualan
    Sering kali, setelah nyobain langsung, konsumen langsung ambil keputusan buat beli. Itu sebabnya experiential marketing bukan cuma soal kesan, tapi juga bisa dorong angka penjualan secara nyata.

Contoh

Bayangin kamu mampir ke sebuah kedai kopi. Bukan cuma kopinya yang enak, tapi juga lampunya hangat, musiknya pas, dan baristanya ngobrolin rekomendasi sesuai selera kamu.

Itu bukan jualan kopi doang, tapi jualan suasana. Kamu balik lagi bukan cuma buat kopinya, tapi karena pengalamannya bikin nyaman.

Atau,

Saat kamu mau beli mobil, daripada dikasih brosur yang isinya fitur mobil doang, mending kamu langsung disuruh cobain nyetir di jalanan. Ngerasain sendiri teknologi dan kenyamanannya.

Hasilnya, pengalaman itu langsung nempel di otak dan hati. Kalau cocok, tinggal tancap gas beli.

Kesimpulan

Experiential marketing bukan cuma soal promosi kreatif, tapi tentang bikin konsumen merasakan langsung nilai dari brand kamu. Lewat pendekatan yang emosional, kontekstual, dan personal, kamu bisa bangun loyalitas.

Kalau konsumen sudah jatuh hati lewat pengalaman, keputusan beli tinggal soal waktu.

Karakteristik Evergreen Content

  1. Nggak Terikat Tren atau Musim.
    Topiknya stabil dan tetap dibutuhkan kapan pun, nggak bergantung sama momen tertentu seperti Lebaran atau Black Friday.
  2. Relevan Jangka Panjang.
    Meski dibuat hari ini, konten evergreen tetap bisa berguna untuk pembaca 6 bulan atau bahkan 2 tahun ke depan.
  3. Topik Dasar dan Solutif.
    Biasanya membahas hal-hal mendasar atau pertanyaan umum yang banyak dicari, seperti “apa itu digital marketing?” atau “cara meningkatkan fokus saat kerja”.
  4. Mudah Diperbarui.
    Walaupun kontennya tahan lama, kamu bisa banget update bagian-bagian tertentu biar tetap fresh dan makin SEO friendly.
  5. Optimasi SEO-nya Kuat.
    Evergreen content biasanya dibuat dengan strategi SEO yang baik, karena tujuannya memang buat jangka panjang, jadi bukan cuma sekadar viral doang.

Manfaat Evergreen Content

  1. Menarik Traffic Organik Secara Konsisten.
    Karena selalu dicari, konten ini bisa jadi “mesin traffic” yang jalan terus meski kamu nggak sering-sering promosiin.
  2. Efisien dan Hemat Waktu.
    Sekali bikin, kamu bisa panen hasilnya terus-menerus. Cocok banget buat kamu yang ingin main long game dalam content strategy.
  3. Meningkatkan Autoritas Website.
    Konten yang informatif dan tahan lama bikin kamu dianggap expert di bidangmu. Otomatis, brand trust pun ikut naik.
  4. Mendukung Strategi Lead Generation.
    Konten evergreen yang dilengkapi CTA (call to action) atau form bisa bantu ngumpulin leads sepanjang waktu, bukan cuma saat promo doang.
  5. Bisa Jadi Fondasi Content Marketing.
    Evergreen content cocok dijadikan anchor article, lalu diturunkan ke konten-konten turunan yang lebih spesifik (content cluster).

Kesimpulan

Evergreen content itu ibarat investasi jangka panjang dalam dunia digital marketing. Sekali kamu buat dengan benar, konten ini bisa terus mendatangkan manfaat tanpa harus sering di-update atau dipromosikan ulang.

Karena sifatnya yang tahan lama dan selalu relevan, jenis konten ini cocok banget jadi tulang punggung strategi content marketing kamu. Konten ini juga mudah di-optimasi, menjadikannya aset jangka panjang untuk website-mu.

Fungsi dan Pentingnya Engagement Rate

Kenapa engagement rate begitu penting?

  • Mengukur efektivitas konten
  • Menilai kualitas followers atau traffic
  • Membantu pengambilan keputusan marketing
  • Indikator kepercayaan dan loyalitas

Faktor yang Mempengaruhi Engagement Rate

Beberapa hal yang mempengaruhi tinggi-rendahnya engagement rate, antara lain:

  • Jenis konten: Konten visual, video, atau storytelling biasanya lebih mengundang interaksi dibanding teks biasa.
  • Waktu dan frekuensi posting: Posting terlalu sering atau di jam yang tidak tepat bisa menurunkan engagement.
  • Kualitas audiens: Followers organik biasanya lebih aktif dibanding followers hasil beli.
  • Caption dan CTA: Ajak audiens berinteraksi dengan pertanyaan atau ajakan yang jelas.
  • Algoritma platform: Algoritma bisa mempengaruhi seberapa banyak orang yang melihat dan berinteraksi dengan kontenmu.

Cara Menghitung Engagement Rate

Rumus umum untuk menghitung engagement rate di media sosial adalah:

Engagement Rate = (Total Interaksi / Jumlah Followers atau Reach) × 100%

Misalnya, sebuah postingan mendapat 500 like, 100 komentar, dan 50 share dengan total 10.000 followers:

Engagement Rate = ((500 + 100 + 50) / 10.000) × 100% = 6,5%

Ada beberapa versi perhitungan tergantung konteks dan platform, misalnya berdasarkan impressions, reach, atau views. 

Tapi intinya, semakin tinggi angkanya, semakin baik performa kontenmu.

Kesimpulan

Engagement rate adalah indikator penting dalam dunia digital marketing. Dengan metrik ini, kamu bisa mengukur seberapa menarik konten yang kamu buat dan seberapa terhubung audiens dengan brand-mu. 

Jadi, sudah siap meningkatkan engagement kontenmu biar audiens makin betah? Kalau masih bingung, kamu bisa konsultasikan strategi digital marketing yang efektif bersama Whello!

Mari kita bahas satu per satu komponen EEAT:

  • Experience (Pengalaman)

    Experience berarti apakah kontenmu ditulis berdasarkan pengalaman langsung atau pengalaman hidup di topik tersebut. Contoh: Kalau kamu kasih tips liburan, apakah kamu sudah pernah ke tempat itu?

  • Expertise (Keahlian)

    Expertise adalah tentang pengetahuan dan keterampilan yang kamu miliki di bidang tertentu. Contoh: Artikel medis sebaiknya ditulis oleh dokter atau artikel hukum oleh ahli hukum.

  • Authoritativeness (Otoritas)

    Authoritativeness biasanya ditunjukkan oleh seberapa sering website-mu dirujuk atau di-link oleh sumber-sumber terkemuka lainnya.

  • Trustworthiness (Kepercayaan)

    Trustworthiness berarti kontenmu akurat, jujur, aman, dan transparan. Contoh: Pastikan fakta yang disajikan benar, hindari klaim berlebihan, dan sertakan sumber yang kredibel.

Alasan EEAT Penting untuk SEO

  • Algoritma Google Makin Pintar
    Ahrefs menjelaskan bahwa algoritma Google menilai apakah konten selaras dengan prinsip E-E-A-T karena Google ingin memberikan hasil terbaik kepada penggunanya.
  • Peringkat Lebih Tinggi
    Konten berkualitas tinggi, yang diteliti dengan baik, dan dapat dipercaya cenderung mendapatkan ranking lebih tinggi di hasil pencarian, terutama untuk query yang kompetitif atau berkaitan dengan topik YMYL.
  • Meningkatkan Keterlibatan Pengguna
    Konten yang menunjukkan pengalaman dan kredibilitas mendorong pengguna untuk menghabiskan lebih banyak waktu di halaman, berbagi informasi, dan kembali lagi ke situsmu
  • Membangun Kepercayaan dan Kredibilitas
    Di era informasi yang membanjiri seperti sekarang, kepercayaan itu mahal harganya. Dengan menunjukkan E-E-A-T, kamu membangun brand yang kredibel dan terpercaya di mata audiens maupun Google.

Kesimpulan

Experience, Expertise, Authoritativeness, dan Trustworthiness atau EEAT adalah empat pilar utama yang digunakan Google untuk menilai kualitas konten. Prinsip ini sangat penting karena Google ingin memastikan pengguna mendapatkan informasi yang akurat dan terpercaya, terutama untuk topik sensitif seperti YMYL.

Menerapkan EEAT bisa membantu kontenmu mendapatkan ranking lebih tinggi, menarik traffic berkualitas, dan membangun kredibilitas brand.

Jadi, sudah siap membuat konten yang lebih relevan, kredibel, dan terpercaya di mata Google? Kalau kamu masih bingung dan butuh bantuan untuk optimasi performa website, kamu bisa minta bantuan  jasa SEO, lho!

Ready to Grow?