Cara Kerja Node.js
Node.js menggunakan model asynchronous dan non-blocking I/O (Input/Output).
Apa maksudnya itu?
Agar lebih paham, kamu bisa bayangin kamu adalah pelayan di sebuah restoran:
1. Model Tradisional (Blocking)
Kalau di model tradisional, setiap kali ada pesanan (permintaan dari pengguna), kamu harus menunggu pesanan itu selesai (misal: mengambil data dari database) sebelum bisa melayani pelanggan berikutnya.
Jadi, kalau ada pesanan yang lama, antrean bakal panjang dan pelayan lain nganggur.
2. Model Node.js (Non-blocking)
Nah kalau di model Node.js, ketika ada pesanan (permintaan dari pengguna), kamu langsung mencatatnya (menerima permintaan) dan menyerahkannya ke dapur (memproses di backend).
Sambil menunggu pesanan itu siap, kamu bisa langsung melayani pelanggan berikutnya. Begitu pesanan yang pertama selesai, dapur akan memanggilmu untuk mengantarkannya.
Jadi, Node.js bisa memproses banyak permintaan secara bersamaan tanpa harus menunggu satu per satu.
Kelebihan Node.js
1. Performa Tinggi & Skalabilitas
Berkat model non-blocking I/O dan Event Loop-nya, Node.js bisa menangani banyak koneksi atau permintaan pengguna sekaligus tanpa overload.
2. Penggunaan JavaScript Penuh (Full-stack JavaScript)
Tim developer bisa memakai JavaScript dari sisi front-end (tampilan yang dilihat pengguna) hingga back-end (server dan database). Jadi, nggak perlu repot ganti bahasa pemrograman.
3. Community Support Besar
Node.js punya komunitas developer yang sangat aktif di seluruh dunia. Ini berarti banyak sekali sumber daya, tutorial, dan library (package) siap pakai melalui NPM (Node Package Manager).
4. Efisiensi Aplikasi Real-time
Untuk aplikasi yang butuh update instan dan komunikasi dua arah cepat seperti aplikasi chat, streaming video, atau game online, Node.js adalah pilihan yang ideal.
Kekurangan Node.js
1 .Tidak Cocok untuk Tugas Komputasi Berat
Meskipun cepat, Node.js itu single-threaded (hanya bisa mengerjakan satu tugas berat di inti prosesor dalam satu waktu).
Sehingga kurang ideal untuk tugas-tugas yang membutuhkan perhitungan rumit atau pengolahan data besar.
2. Ketergantungan pada Callback
Karena sifatnya yang asynchronous (memulai tugas baru tanpa harus menunggu tugas sebelumnya selesai), Node.js rentan mengalami “callback hell” (kode yang berantakan karena banyak callback bertumpuk).
3. Maturity Relatif Baru
Dibanding bahasa back-end lain, Node.js terbilang relatif baru. Ini berarti ekosistemnya masih terus berkembang dan belum selengkap yang lain.
4. Kurang Ideal untuk Aplikasi Database Relasional Kompleks
Node.js kurang optimal untuk skema database relasional yang sangat kompleks. Hal ini karena desainnya yang berorientasi pada event dan non-blocking sehingga tidak cocok untuk transaksi database yang butuh konsistensi tinggi.
Kesimpulan
Node.js adalah runtime environment berbasis JavaScript yang dirancang untuk menjalankan aplikasi server dengan performa tinggi dan jauh lebih efisien.
Berkat arsitektur non-blocking dan asynchronous, Node.js mampu menangani banyak permintaan secara bersamaan tanpa hambatan, menjadikannya pilihan tepat untuk aplikasi real-time seperti chat, streaming, atau API.
Dengan dukungan komunitas besar, penggunaan JavaScript penuh dari front-end hingga back-end, serta skalabilitas yang tinggi, Node.js sangat cocok untuk tim developer. Namun, Node.js kurang ideal untuk tugas komputasi berat dan database relasional yang kompleks.