Mengenal istilah minimum viable product adalah hal yang sangat penting ketika kamu menjalankan sebuah startup atau bekerja sebagai pengembang produk di sebuah perusahaan. Ilmu ini akan sangat berguna untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan kamu jika dikuasai dengan baik.
Pengusaha atau startup yang tidak menerapkan minimum viable product atau MVP kemungkinan akan kesulitan ketika mengenalkan produk mereka ke masyarakat. Akhirnya mereka juga akan sulit mendapatkan konsumen. Oleh karena itu, simak pembahasan lengkap tentang MVP di bawah ini.
Daftar isi
Minimum Viable Product Adalah
Istilah minimum viable product atau MVP pertama kali di Eric Ries. Eric adalah seorang pengusaha sekaligus konsultan startup asal Amerika Serikat dan telah menulis buku berjudul “Lean Startupí”.
Minimum Viable Product sendiri adalah standar dari sebuah produk untuk bisa mulai diperkenalkan kepada masyarakat atau calon customer. Standar ini dibuat untuk menghindari error atau kesalahan dalam produk ketika sudah dalam tahap pengenalan.
Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya customer yang kecewa dan tidak jadi bekerja sama karena produk yang ditawarkan justru menunjukkan kecacatan produksi yang seharusnya tidak terjadi.
Oleh karena itu, sebelumnya dirilis atau minimal diperkenalkan, sebuah produk harus memenuhi Minimum Viable Product terlebih dahulu. Sehingga apa yang akan dipresentasikan ke calon customer merupakan produk yang sudah stabil.
Namun Minimum Viable Product bukan berarti produk tersebut sudah sempurna. Terkadang produk membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyentuh kata sempurna dan 100% jadi. Sehingga Minimum Viable Product cukup hanya sampai produk tersebut berfungsi dengan baik saja.
Pengembangan lebih lanjut bisa terus dilakukan sambil berjalan atau saat produk sudah digunakan oleh customer. Metode ini sering digunakan oleh startup dengan produk berupa aplikasi dan website. Atau produk lain yang berkaitan dengan IT.
Walaupun tidak menutup kemungkinan cara ini digunakan pada produk di bidang yang lain.
Tujuan Digunakannya Minimum Viable Product
1. Meminimalisir Kegagalan pada Produk
Tujuan pertama dari digunakannya minimum viable product adalah untuk meminimalisir kegagalan pada suatu produk. Ketika sebuah produk langsung dirilis untuk customer tanpa adanya standar tersendiri, maka sangat rawan terjadi miss di beberapa bagian baik itu yang kecil maupun yang besar.
Meskipun sudah ada QA yang telah melakukan testing pada sebuah produk, tapi tetap saja standar minimal produk untuk bisa dirilis masih dibutuhkan.
Saat produk sudah minim error, maka ini juga akan mempermudah pengembangan kedepannya. Kamu tidak perlu lagi khawatir akan banyaknya error atau kegagalan yang terjadi pada produk tersebut karena produk sudah memenuhi Minimum Viable Product yang sudah ditentukan sebelumnya.
2. Merilis Produk Lebih Cepat
Tak bisa dipungkiri untuk bisa membangun produk digital yang kompleks membutuhkan waktu yang sangat lama. Bahkan hingga bertahun-tahun. Jika tanggal perilisan ditentukan setelah produk jadi 100%, maka sangat tidak efisien karena membutuhkan waktu yang lama.
Oleh karena itu digunakanlah Minimum Viable Product agar produk dapat dirilis lebih cepat, walaupun masih belum 100% jadi. Tapi setidaknya produk tersebut sudah memenuhi standar Minimum Viable Product yang sudah ditentukan.
Standar ini bisa ditentukan berdasarkan fitur, alur penggunaan, atau fungsionalitas. Setidaknya produk tersebut bisa dipakai di beberapa fitur untuk bisa dirilis pada versi awalnya.
Sedangkan untuk fitur yang lain tetap dikerjakan secara paralel dan ketika sudah jadi nanti bisa diselipkan pada produk melalui version update.
3. Menguji Produk pada User
Tujuan dari Minimum Viable Product adalah memperkenalkan produk ke customer dengan lebih cepat. Tentu saja tujuan ini berkaitan dengan pengujian produk kepada pengguna yang benar-benar awam dengan teknologi atau pengembangan produk berbasis IT.
Memang, saat pengembangan sebuah tim pasti memiliki bagian QA yang bertugas untuk melakukan testing pada produk tersebut sebelum dirilis. Namun tetap saja kamu membutuhkan feedback dari user asli untuk menilai apakah produk kamu sudah layak dirilis secara penuh atau tidak.
4. Minimalisir Pengeluaran tidak Perlu
Produk yang sudah 100% jadi dan baru dirilis ke user asli sangat rawan ditemukan error dimana-mana yang nantinya hanya akan menambah biaya perbaikan secara menyeluruh. Namun tentu saja masalah ini bisa diselesaikan dengan mudah jika kamu menerapkan sistem Minimum Viable Product.
Contoh Minimum Viable Product adalah saat terjadi kesalahan, error, atau feedback negatif pada produk MVP, maka perusahaan bisa memperbaiki produk yang belum sempurna tersebut dengan lebih cepat.
Hal ini tentu berbeda ketika produk sudah jadi secara keseluruhan. Biaya fixing akan jauh lebih mahal dan memakan waktu yang lebih lama.
Karakteristik Minimum Viable Product
Menentukan MVP tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Setidaknya ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi agar tujuan MVP bisa tercapai. Berikut beberapa diantaranya :
1. Memberikan Feedback pada Product
Saat menentukan Minimum Viable Product, pastikan kamu akan menerima feedback dari produk yang baru setengah jadi tersebut. Pastikan user yang mencoba atau melakukan testing pada produk kamu memberikan koreksi, saran, atau kritik yang membangun.
Ini penting karena kamu juga harus ingat bahwa produk tersebut belum 100% jadi. Ada pengembangan yang harus terus dilakukan dan dengan adanya feedback, pengembangan bisa disesuaikan ke arah yang lebih baik. Ini adalah manfaat Minimum Viable Product yang sangat menguntungkan.
2. Memiliki Nilai yang Menarik User
Meskipun Minimum Viable Product adalah standar minimal produk yang belum 100% jadi, tapi jangan pernah melupakan aspek kemenarikan dari produk tersebut. kamu harus tetap memberikan daya tarik tersendiri agar user tertarik mencoba produk kamu.
Untuk melengkapi karakteristik ini, setidaknya pastikan alur fitur utama sudah berfungsi dengan baik. Lalu setelah itu berikan beberapa fitur pendukung untuk mendukung fungsionalitas dari fitur utama tersebut.
3. Memiliki Manfaat Jangka Panjang
Meskipun produk kamu belum sempurna, tapi jangan sampai menghilangkan aspek ini. Yaitu memberikan gambaran manfaat jangka panjang. Tidak masalah walaupun produk belum jadi, tapi user harus tahu apakah produk kamu bisa menjadi solusi bagi permasalahan mereka pada jangka panjang.
Karena jika kamu melupakan manfaat jangka panjang dan hanya berfokus pada fitur-fitur yang kurang penting, maka usaha kamu untuk menggaet customer dikhawatirkan tidak berakhir dengan baik.
Contoh Sukses Penggunaan Minimum Viable Product
Salah satu contoh Minimum Viable Product adalah Dropbox. Tentu kamu sudah tidak asing dengan platform penyimpanan awan yang satu ini bukan? Siapa sangka, pendiri Dropbox meluncurkan Dropbox bahkan sebelum mereka membangun produknya.
Mereka mengunggah video tentang Dropbox dan secara mengejutkan puluhan ribu orang menyatakan tertarik kepada produk tersebut. Ini merupakan contoh keberhasilan besar pada penerapan Minimum Viable Product karena mereka bisa menghemat budget besar dalam pengembangan dengan hanya menggunakan video.
Kamu pun juga bisa menerapkan metode MVP ini di bisnis kamu. Menggunakan Minimum Viable Product adalah keputusan yang sangat tepat. Terutama jika startup kamu memiliki sumber daya yang tidak banyak. Hal ini bisa sangat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
Ayo mulai kembangkan bisnismu dengan Digital Marketing!
Kamu ingin mengembangkan bisnismu secara digital? Bingung harus mulai dari mana? Konsultasikan bisnismu bersama specialist kami sekarang!
Mulai Konsultasi!Ingin konsultasi
dengan para specialist
Whello?
Tips lainnya dari kami
Bongkar Mitos Google Ads Sebelum Beriklan
Temukan kebenaran di balik mitos Google Ads sebelum kamu mulai beriklan. Dapatkan wawasan berharga untuk memaksimalkan hasil iklan kamu!
Query Deserves Freshness: Algoritma Google yang Prioritaskan Konten Baru
Temukan bagaimana Query Deserves Freshness (QDF) memengaruhi peringkat pencarian kamu! Dapatkan wawasan mendalam di sini.
Website Desa: Kenali Manfaat, Fungsi, dan Cara Membuatnya!
Kenali berbagai manfaat dan fungsi website desa. Ikuti panduan untuk membuatnya dan tingkatkan keterlibatan serta informasi di desa kamu!
Follow us on Instagram
Temukan tips bermanfaat digital marketing serta keseruan spesialis Whello dalam menumbuhkan brand, hanya di Instagram @whello.indonesia. Follow, ya!