Pernah lihat konten viral suatu brand karena dianggap “nyeleneh”, kontroversial, atau bahkan bikin netizen geleng-geleng kepala? Itulah contoh dari noise marketing, strategi yang sengaja menciptakan “kebisingan” di dunia digital agar publik menaruh perhatian.
Tapi, meski efektif memancing viralitas, noise marketing juga menyimpan risiko besar, salah langkah sedikit, reputasi bisa runtuh. Yuk kita bahas selengkapnya disini!
Daftar isi
Apa Itu Noise Marketing?
Di tengah banjir konten di media sosial, mencuri perhatian sebenarnya sedikit sulit bagi para pemilik brand. Bahkan ada sebagian memilih cara ekstrem seperti membuat kegaduhan di media sosial agar dibicarakan (noise marketing).
Noise marketing adalah strategi pemasaran yang menciptakan “kegaduhan” atau percakapan besar di dunia maya untuk menarik perhatian publik. Tujuannya bukan sekadar promosi, tapi agar brand jadi topik hangat yang dibicarakan semua orang, entah dalam konteks positif atau negatif.
Beberapa menganggap noise marketing sebagai “strategi gila” yang menabrak norma pemasaran konvensional. Kadang menggunakan humor ekstrem, kontroversi, atau pesan yang ambigu, sehingga memancing reaksi emosional dari audiens.
Contoh Noise Marketing yang Pernah Viral

Sebagai gambaran, kami akan memberikan contoh nyata yaitu dari brand F&B internasional, Burger King. Burger King UK pernah membuat tweet kontroversial di Hari Perempuan dengan kalimat “Women belong in the kitchen.”
Maksudnya ingin mempromosikan beasiswa kuliner untuk perempuan, tapi konteksnya disalahartikan. Hasilnya? Viral besar, tapi juga backlash besar-besaran.
Kenapa Brand Menggunakan Noise Marketing
Walaupun cukup beresiko, tak sedikit brand yang berani mengambil tindakan ini. Berikut beberapa alasan mengapa brand menggunakan noise marketing:
1. Mencuri Perhatian di Tengah Persaingan Konten
Feed media sosial dipenuhi ribuan iklan setiap hari. Agar tak tenggelam, brand butuh sesuatu yang “mengganggu”. Noise marketing jadi cara instan untuk membuat orang berhenti scroll.
2. Viralitas Cepat = Awareness Tinggi
Satu postingan bisa menyebar ke ribuan akun dalam hitungan jam. Efek viral ini membuat brand langsung dikenal banyak orang, bahkan tanpa biaya iklan besar.
3. Efek FOMO (Fear of Missing Out)
Ketika semua orang membicarakan suatu isu atau iklan, audiens lain ikut penasaran. Noise marketing menciptakan efek “FOMO” yang memperluas percakapan.
4. Mendorong Engagement dan Diskusi
Konten yang memicu perdebatan sering kali mendorong komentar dan share lebih tinggi. Algoritma media sosial pun bisa memberi exposure lebih besar.
Risiko dan Bahaya di Balik Noise Marketing
Namun, di balik potensi viralnya, noise marketing punya risiko sepadan. Sebagai pebisnis kamu harus tau apa resiko dari noise marketing ini.
1. Reputasi Brand Bisa Rusak
Noise marketing memang bisa bikin heboh, tapi kalau salah langkah sedikit, malah jadi bumerang. Misalnya, saat sebuah brand bikin konten yang dianggap menyinggung atau tidak sensitif, publik bisa langsung bereaksi negatif.
Contohnya, Burger King yang maksudnya ingin mengajak perempuan berkarier di dunia kuliner, tapi banyak orang menganggap itu kontroversial. Akhirnya, niat baik jadi salah paham, dan citra brand-nya sempat turun.
2. Viral Tapi Tidak Konversi
Jangan salah, viral belum tentu berarti laku. Banyak brand yang berhasil bikin konten viral, tapi ujungnya nggak ada peningkatan penjualan sama sekali.
Contoh gampangnya, kampanye lucu atau absurd di TikTok sering banget dapat jutaan views, tapi kalau orang cuma nonton karena lucu ya tidak akan berpengaruh ke angka penjualan.
3. Publik Jadi Kebal Terhadap Sensasi
Kalau brand terus-terusan pakai cara ekstrem buat cari perhatian (misalnya drama, kontroversi, atau humor sarkastik), lama-lama audiens bisa bosan. Mereka jadi “mati rasa” terhadap sensasi.
Misalnya, kalau tiap minggu brand bikin konten yang heboh, audiens malah mikir, “Ah, paling juga mau cari viral lagi.” Akhirnya, engagement turun karena orang udah tahu triknya.
4. Krisis PR (Public Relations)
Sekali noise marketing salah langkah, efek dominonya bisa besar. Salah kata, salah konteks, atau timing yang kurang pas bisa memicu kritik besar di media sosial.
5. Sulit Dikontrol
Setelah sebuah kampanye viral, arah pembicaraan publik bisa ke mana saja dan itu sulit banget dikendalikan. Kadang orang menertawakan, kadang malah menghujat. Dalam hitungan jam, opini publik bisa berubah drastis.
Sebuah iklan lucu bisa tiba-tiba jadi bahan meme yang merendahkan brand itu sendiri. Bukan jadi promosi gratis, tapi malah bahan olok-olokan.
Kapan Noise Marketing Bisa Efektif
Noise marketing bisa jadi senjata ampuh, asalkan dilakukan dengan perhitungan matang:
1. Pesan Tetap Selaras dengan Brand Value
Meski konsepnya nyeleneh atau out of the box, pesan yang kamu sampaikan tetap harus sejalan dengan nilai dan karakter brand kamu. Jangan sampai demi viral, kamu malah bikin pesan yang bertentangan dengan jati diri brand.
Misalnya, kalau brand kamu berfokus pada edukasi dan inspirasi positif, hindari konten yang mengandung ejekan, sindiran kasar, atau sensasi yang bisa menyinggung pihak lain.
2. Timing dan Momentum yang Tepat
Noise marketing bakal lebih efektif kalau kamu tahu kapan harus nimbrung. Gunakan momen yang sedang ramai dibicarakan publik tapi tetap relevan dengan produkmu.
Misalnya, saat film Barbie lagi booming, banyak brand yang ikut tren warna pink, tapi hanya brand yang nyambung secara konsep yang berhasil. Contohnya, brand makeup yang meluncurkan “Barbie Edition” sukses banget karena masih dalam ranah kecantikan.
Sebaliknya, kalau kamu jual alat bengkel tapi tiba-tiba ikut tren Barbie tanpa konteks, ya orang malah bingung.
3. Kreativitas yang Aman dan Etis
Sisi paling menarik dari noise marketing adalah keberaniannya tampil beda. Tapi beda itu nggak harus bikin marah. Gunakan kreativitas yang bisa bikin orang senyum, ngakak, atau penasaran.
Tokopedia pernah bikin kampanye dengan konsep absurd seperti “Waktu Indonesia Belanja” dengan gaya lucu dan relatable, tapi tetap sopan dan bisa diterima semua kalangan.
Sebaliknya, kalau kamu bikin konten yang menyerang kompetitor secara terang-terangan, itu bisa dianggap tidak etis dan merusak citra brand.
4. Siapkan Strategi PR & Crisis Management
Karena noise marketing itu sifatnya “berisiko tinggi”, kamu harus siap kalau respon publik nggak sesuai ekspektasi.
Misalnya, ada komentar negatif atau salah tafsir, tim PR kamu harus cepat tanggap: jelaskan maksud kampanye, minta maaf kalau perlu, dan arahkan kembali percakapan publik ke sisi positif.
5. Gabungkan dengan Strategi Pemasaran Lain
Noise marketing itu bagus buat boost awareness dalam waktu singkat, tapi efeknya seringkali cepat hilang. Makanya, penting banget untuk dikombinasikan dengan strategi jangka panjang lain.
Misalnya, setelah kampanye viral, lanjutkan dengan content marketing yang lebih informatif, influencer campaign untuk memperkuat pesan, atau community building untuk membangun hubungan jangka panjang dengan audiens.
Gimana Noise Marketing Menurutmu?
Noise Marketing memang bisa menjadi pilihan menggoda: cepat viral, langsung mencuri perhatian. Tapi seperti kita lihat, bila tidak dikelola dengan hati-hati dan sesuai citra brand, bukan hanya ‘ramai’ yang terjadi, melainkan juga risiko reputasi yang besar.
Oleh karena itu, sebelum memilih jalan ini, pastikan bahwa pesan, timing, dan kontrol komunikasi kamu sudah benar-benar matang. Ingat, viral itu bagus, tapi reputasi adalah investasi jangka panjang.
Dalam investasi ada yang namanya ibarat investasi “high risk, high return”, kami rasa noise marketing dapat diibaratkan demikian . Jika kamu ingin strategi digital marketing yang lebih aman namun tetap berdampak, maka pertimbangkan untuk konsultasi strategi digital marketing dengan Whello.
Dengan Whello, kamu mendapatkan tim yang memahami tantangan pasar Indonesia, bukan hanya ide sensasional semata. Kamu juga dibantu dalam merancang cerita brand yang kuat, aset digital yang menarik, dan campaign yang bukan cuma viral tapi juga menghasilkan untuk bisnis.
Jadi, bila ingin memaksimalkan kehadiran digital tanpa harus terbentur risiko besar, Whello bisa menjadi partner yang tepat.

Apakah noise marketing selalu buruk?
Tidak selalu. Jika dilakukan dengan pesan yang cerdas dan tidak menyinggung, strategi ini bisa menciptakan awareness luar biasa.
Apakah semua brand cocok memakai noise marketing?
Tidak. Brand dengan image profesional atau sensitif (seperti kesehatan, pendidikan, atau finansial) sebaiknya menghindari strategi ini.
Bagaimana cara agar noise marketing tidak berujung bumerang?
Lakukan riset, uji pesan terlebih dahulu, dan siapkan rencana cadangan jika muncul reaksi negatif.
Apa perbedaan antara viral marketing dan noise marketing?
Viral marketing bisa terjadi karena konten menarik dan bernilai. Noise marketing fokus pada sensasi yang memicu reaksi cepat meski kadang tanpa nilai tambah yang jelas.
Apa strategi terbaik setelah kampanye noise marketing selesai?
Manfaatkan momentum viral untuk memperkenalkan pesan inti brand, promosi produk, atau aktivitas lanjutan yang membangun citra positif. Kalau kamu masih ragu namun ingin mencoba, lebih baik gunakan jasa SEO Whello yang memang sudah ranahnya.
Yuk susun strategi marketingmu secara optimal!
Strategi marketing yang optimal akan dapat meningkatkan awareness bisnis dalam meningkatkan penjualan. Yuk konsultasikan kebutuhan bisnis dan susun strategi marketing yang tepat bersama kami!
Mulai Konsultasi!Ingin konsultasi
dengan para specialist
Whello?
Tips lainnya dari kami
Link Reclamation: Strategi Mengembalikan Backlink yang Hilang
Kadang, backlink penting ke website kita bisa hilang begitu saja, entah karena halaman dihapus, URL berubah, atau link error. Kehilangan backlink ini bisa bikin peringkat SEO turun dan traffic jadi stagnan. Nah, ada strategi link reclamation yang bisa membantu
Content Decay: Penyebab Trafik Turun dan Cara Mengatasinya
Kamu pernah punya artikel yang dulu nongkrong di halaman pertama Google, mendatangkan ratusan pengunjung organik tiap bulan, tapi entah kenapa, belakangan traffic-nya merosot tajam? Banyak pemilik website atau blogger mengalami situasi dimana
Jangan Remehkan Zero Search Volume Keyword — Ini Alasannya
Saat melakukan riset keyword di tools, kamu mungkin menemukan kata kunci dengan angka pencarian 0 yang disebut juga zero search volume keywords. Sekilas, keyword seperti ini tampak tidak menarik karena dianggap tidak ada yang mencarinya. Namun,
Follow us on Instagram
Temukan tips bermanfaat digital marketing serta keseruan spesialis Whello dalam menumbuhkan brand, hanya di Instagram @whello.indonesia. Follow, ya!