Portofolio UI/UX adalah salah satu hal penting yang diperlukan untuk memulai karir di bidang UI/UX. Pasalnya, hal tersebut membantu perusahaan atau klien meninjau pengalaman dan kemampuan seorang talent di bidangnya. Pahami cara menyusun portofolio yang menarik dengan tips berikut ini!
Daftar isi
Apa Itu Portofolio?
Portofolio merupakan sebuah dokumen yang dimanfaatkan untuk menunjukkan hasil kerja di dalam bidang tertentu. Harapannya, hasil kerja di dalam portofolio tersebut akan mencerminkan seberapa baik kemampuan kamu di suatu bidang.
Salah satu bidang yang hasil kerjanya bisa kamu tunjukkan melalui portofolio yaitu UI/UX. Nah, sebelumnya, apakah kamu tahu bedanya UI dan UX?
Secara garis besar, User Interface (UI) adalah tampilan visual dalam sebuah sistem. Sementara, User eXperience merupakan proses menciptakan desain website atau aplikasi berdasarkan pengalaman terbaik pengguna. Itulah perbedaan UI dan UX yang paling mendasar.
Kamu bisa membuat portofolio dalam berbagai bentuk. Contohnya antara lain adalah format presentasi (deck), Word, koleksi foto dan video, hingga bentuk online, seperti website dan platform media sosial yang memang didedikasikan khusus untuk menunjukkan hasil kerja.
Tidak ada batasan atau template standar dalam membuat portofolio, sehingga kamu bisa menyusun portofolio sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas.
Apa Pentingnya Portofolio UI/UX?
Nah, untuk bidang UI/UX, memangnya seberapa penting sih menyusun portofolio tersebut?
Pada prinsipnya, portofolio memberikan banyak nilai tambah di mata perusahaan maupun calon klien. Lebih dari itu, dokumen tersebut membantu membuat profil kamu terlihat lebih unggul daripada orang lain yang juga ingin berkarir di bidang UI/UX.
Mengapa? Alasannya sangat sederhana. Jika kamu memiliki portofolio UI/UX, itu berarti kamu sudah memiliki dan dapat membuktikan karya atau hasil kerja yang berhubungan dengan bidang tersebut.
Semua orang ingin bekerja dengan pekerja yang kompeten, bukan? Nah, biasanya, perusahaan ataupun klien yang ingin mendapatkan orang terbaik di bidangnya ingin mengukur kemampuan atau kompetensi tersebut lewat hasil karya atau kerja.
Bagi mereka, hasil kerja adalah bukti nyata jika kamu mampu menyelesaikan permintaan yang berhubungan dengan kebutuhan UI/UX mereka.
Portofolio memudahkan kamu untuk menunjukkan hasil kerja kamu secara terstruktur dan relevan. Tentunya, dokumen tersebut memfasilitasi calon klien maupun perusahaan untuk melakukan observasi dengan lebih baik terkait kebutuhan mereka dan keterampilan kamu. berdasarkan hasil kerja yang sudah pernah kamu lakukan.
Tanpa aset berbentuk portofolio, perusahaan atau calon klien akan lebih sulit untuk mengukur kemampuan kamu dalam mengerjakan proyek UI/UX design. Pasalnya, kamu belum mampu membuktikan keterampilan kamu sehingga mereka dapat menilai profil kamu secara utuh.
Apa yang Harus Ada di Dalam Portofolio UI/UX?
Dalam membuat portofolio, sebetulnya hasil kerja saja tidaklah cukup untuk meyakinkan perusahaan ataupun calon klien. Ada setidaknya enam unsur di bawah ini yang perlu kamu cantumkan dalam sebuah portofolio agar lebih efektif dalam mengkomunikasikan keterampilan dan profil kamu pada peluang kerja baru.
1. Deskripsi Diri
Bagian awal portofolio perlu kamu isi dengan memperkenalkan diri pada pembaca. Pada bagian ini, jelaskan latar belakang diri secara ringkas dan jelas, dengan fokus yang berhubungan dengan dunia UI//UX.
2. Pengalaman Kerja
Seperti saat kamu membuat Curriculum Vitae (CV), di portofolio pun kamu perlu menyinggung tentang pengalaman kerja yang pernah kamu lakukan.
Pengalaman kerja di sini tidak hanya dalam bentuk kerja penuh waktu. Jika kamu pernah bekerja freelance, magang, atau bahkan bekerja secara mandiri, kamu bisa masukkan ke dalam portofolio selama informasinya masih relevan.
Cantumkan dalam format ringkas, dengan menyebutkan nama perusahaan, nama jabatan, dan periode waktu tanpa perlu perincian mendalam seperti di CV atau professional resume.
3. Pendidikan
Isi kolom pendidikan dapat mencakup pendidikan nonformal yang juga masih berkaitan dengan bidang UI/UX, contohnya adalah sertifikasi, kursus, ataupun bootcamp dan menopang pengalaman kamu di bidang tersebut.
Bagian ini dapat membantu kamu meyakinkan perusahaan ataupun calon klien bahwa kamu memang memiliki kemampuan UI/UX design yang mereka cari dan kamu peroleh melalui sektor pendidikan.
4. Keterampilan atau Skill
Nah, ini adalah bagian yang penting dan harus kamu sebutkan pula dalam portofolio UI dan UX design. Kamu harus menjelaskan apa saja keterampilan atau skill yang kamu miliki terkait pekerjaan yang pernah kamu lakukan di bidang tersebut.
Tentu, keterampilan atau skill yang kamu tulis di bagian ini yang masih berhubungan dengan UI/UX design. Tetapi, perhatikan pula kebutuhan atau syarat atau requirement dari perusahaan atau calon klien.
Sebutkan keterampilan yang memang kamu miliki dan sesuai dengan kebutuhan calon klien atau perusahaan, baik dalam bentuk hard skills dan soft skills.
Hard skills merupakan kemampuan yang berhubungan secara teknis dengan UI/UX secara langsung. Baik itu dalam hal penggunaan aplikasi, tools, ataupun mengerjakan tugas tertentu. Hard skills ini adalah kemampuan yang sifatnya objektif dan bisa diukur.
Sedangkan, soft skills merujuk pada kemampuan yang sifatnya subjektif dan tidak ada ukuran pasti dalam menilainya. Contoh soft skills adalah kemampuan bersosialisasi, kepemimpinan, empati, kreatif, ataupun kemampuan dalam mencari solusi dalam suatu permasalahan (problem solving).
5. Proyek yang Pernah kamu Kerjakan
Nah, di sinilah kamu bisa memamerkan karya terbaik selama menekuni dunia UI/UX design.
Kamu tidak perlu menaruh semua hasil karya ke dalam portofolio. Apalagi, jika kamu sudah berpengalaman selama bertahun-tahun dan karya kamu jumlahnya sudah puluhan hingga ratusan.
Kamu bisa tunjukkan sekitar tiga sampai lima hasil karya atau pekerjaan terbaik Dan jangan lupa berikan ringkasan tentang pencapaian dari karya terbaik terkait proyek yang kamu kerjakan tersebut.
Lalu, jika kamu baru merintis di dunia UI/UX design dan belum pernah punya pengalaman kerja yang nyata, bagaimana cara menunjukkan portofolionya?
Kamu bisa mencoba pendekatan lain dengan mengerjakan dummy projects agar kamu memiliki hasil karya yang bisa ditunjukkan.
Dummy projects adalah pekerjaan atau project yang sifatnya fiktif dan cenderung merupakan hasil percobaan yang pernah kamu lakukan.
6. Kontak yang Bisa Dihubungi
Terakhir, ingat untuk memberi kontak yang bisa kamu hubungi di halaman terakhir portofolio.
Kamu cukup mencantumkan nomor HP, email, dan akun LinkedIn. Pastikan bahwa nomor ponsel dan alamat email kamu valid dan aktif agar perusahaan atau calon klien dapat menghubungi kamu jika tertarik berkolaborasi.
Bagaimana Cara Membuat Portofolio?
Portofolio UI/UX adalah perwakilan diri sendiri sehingga isinya harus efektif dalam memikat audiens. Jika kamu bingung harus memulai dengan apa atau dari mana untuk menyusunnya, kamu bisa melakukan refleksi dengan bertanya pada diri sendiri terkait beberapa aspek dalam penjelasan di bawah ini.
- Apa project UI/UX yang pernah kamu kerjakan dan kamu bekerja untuk siapa?
- Bagaimana kontribusi karya kamu terhadap kemajuan perusahaan sebelumnya atau klien yang pernah kamu handle?
- Apa metode dan tools yang kamu gunakan saat mengerjakan project?
Tiga pertanyaan tersebut, ditambah dengan enam komponen portofolio yang sudah sempat kita bahas sebelumnya, bisa membantu dalam menyusun desain dan isi portofolio yang komunikatif.
Contoh UI/UX Portfolio
Sebagai panduan, kamu bisa melihat contoh Portofolio UI/UX oleh Sharon Kravanja di bawah ini:
Source : Sharon Behance
Seperti yang bisa kamu lihat, portofolio oleh Sharon memiliki style unik tersendiri dan bagian profile-nya pun cukup jelas karena ada bagian highlight mengenai skill yang dimilikinya. Ia juga melengkapinya dengan menambah pengalaman kerjanya berupa screenshot dari projek UI/UX yang pernah ia tangani. Menarik bukan?
Yuk Buat Portofolio Kamu Sekarang!
Portofolio UI/UX punya peran yang sangat penting untuk membangun personal brand terhadap profil kamu sehingga meyakinkan perusahaan atau calon klien untuk bekerja sama atau mempekerjakan kamu.
Salah satu media yang bisa kamu gunakan untuk membuat portofolio adalah media sosial. Jadi, branding juga diperlukan agar portofolio kamu bisa dijangkau oleh banyak orang. Whello memfasilitasi kebutuhan tersebut melalui jasa branding sehingga kamu bisa fokus membangun personal brand untuk menarik lebih banyak peluang kerja!
Apa itu Portofolio UI/UX?
Portfolio UI/UX merupakan sekumpulan hasil karya yang menunjukkan kemampuan kamu dalam bidang UI/UX design.
Bagaimana cara membuat portofolio UI/UX?
Sebelumnya, tentukan tujuan kamu membuat portofolio. Jangan lupa pahami persyaratan atau kebutuhan calon klien atau perusahaan tempat kamu melamar kerja (jika tujuannya untuk melamar kerja). Setelah itu, pilih karya-karya terbaik yang relevan dengan tujuan dan persyaratan tersebut. Selanjutnya, kumpulkan dan susun karya terbaik beserta informasi penting lainnya dengan desain dan format yang sesuai kebutuhan kamu.
Apakah desainer UX membutuhkan portofolio?
Ya. desainer UX membutuhkan portofolio untuk menunjukkan kompetensi mereka pada calon klien maupun perusahaan.
Apa yang membuat portofolio UI/UX terlihat baik?
Kamu bisa menjelaskan cerita di balik desain UI/UX yang kamu buat. Misalnya, bagaimana hasil karya kamu bisa menyelesaikan masalah yang dimiliki klien saat itu.
Ayo mulai kembangkan bisnismu dengan Digital Marketing!
Kamu ingin mengembangkan bisnismu secara digital? Bingung harus mulai dari mana? Konsultasikan bisnismu bersama specialist kami sekarang!
Mulai Konsultasi!Ingin konsultasi
dengan para specialist
Whello?
Tips lainnya dari kami
Bongkar Mitos Google Ads Sebelum Beriklan
Temukan kebenaran di balik mitos Google Ads sebelum kamu mulai beriklan. Dapatkan wawasan berharga untuk memaksimalkan hasil iklan kamu!
Query Deserves Freshness: Algoritma Google yang Prioritaskan Konten Baru
Temukan bagaimana Query Deserves Freshness (QDF) memengaruhi peringkat pencarian kamu! Dapatkan wawasan mendalam di sini.
Website Desa: Kenali Manfaat, Fungsi, dan Cara Membuatnya!
Kenali berbagai manfaat dan fungsi website desa. Ikuti panduan untuk membuatnya dan tingkatkan keterlibatan serta informasi di desa kamu!
Follow us on Instagram
Temukan tips bermanfaat digital marketing serta keseruan spesialis Whello dalam menumbuhkan brand, hanya di Instagram @whello.indonesia. Follow, ya!