Tak dipungkiri sekarang ini, konten adalah senjata utama untuk menarik perhatian audiens sekaligus meningkatkan peringkat di mesin pencari. Namun, sering kali konten yang dibuat justru berantakan, tidak terstruktur, dan sulit dipahami alurnya. Nah, di sinilah konsep topic cluster jadi kunci utamanya.
Artikel ini akan membahas mulai dari definisi, komponen, manfaat, contoh, hingga cara membuat topic cluster yang efektif. Yuk, kita kupas satu per satu!
Daftar isi
Apa Itu Topic Cluster?
Topic cluster adalah cara mengatur konten dengan sistem yang lebih terstruktur. Konsepnya adalah membuat satu artikel utama (pillar content) yang membahas topik besar secara menyeluruh, lalu membuat artikel-artikel pendukung (cluster content) yang membahas subtopik secara lebih detail.
Semua artikel cluster ini kemudian diarahkan link-nya ke artikel utama, dan sebaliknya. Jadi pembaca dan mesin pencari tahu kalau semuanya saling terhubung dan berada dalam satu tema besar. Kalau masih bingung, kamu bisa cek Contoh Topic Cluster dari Whello.
Komponen Topic Cluster
Agar lebih jelas, mari kita bedah tiga komponen utama dalam topic cluster:
1. Pillar Content
Pillar content adalah artikel utama yang membahas topik secara umum dan menyeluruh. Beberapa karakteristiknya seperti:
- Panjangnya biasanya lebih detail (1.500–3.000 kata).
- Sifatnya evergreen content (selalu relevan meski waktu berjalan).
- Menjadi pusat atau “rumah” bagi artikel cluster.
2. Cluster Content
Cluster content adalah artikel pendukung yang membahas subtopik lebih spesifik dari tema utama. Komponen ini umumnya:
- Fokus pada satu keyword turunan (long-tail keyword).
- Isinya lebih mendalam dibanding sekadar paragraf di artikel utama.
- Bisa berjumlah banyak, tergantung luasnya topik utama.
3. Internal Linking
Internal linking adalah benang merah yang menghubungkan pillar content dengan cluster content. Internal link membantu Google memahami struktur website sekaligus memandu pembaca untuk membaca artikel terkait.
Manfaat Topic Cluster untuk SEO
Banyak orang bertanya, “Kenapa sih harus repot bikin topic cluster? Nulis artikel biasa aja kan bisa.” Nah, sebenarnya topic cluster itu ibarat bikin jalan tol khusus buat pembaca dan mesin pencari. Semuanya jadi lebih cepat, jelas, dan terarah. Yuk kita bahas satu per satu manfaatnya:
1. Membantu Mesin Pencari Memahami Konten
Google nggak cuma membaca kata kunci seperti dulu, tapi juga mencoba mengerti konteks sebuah website. Nah, kalau konten kamu berantakan, Google bisa bingung: “Sebenarnya website ini fokusnya apa, sih?”
Dengan topic cluster, Google bisa dengan mudah melihat pola. Misalnya, kamu bikin cluster tentang “Traveling ke Jepang”. Ada artikel tentang “Tips Hemat ke Tokyo”, “Panduan Wisata Kyoto”, sampai “Makanan Halal di Osaka”.
Dari situ Google bisa menilai: “Oke, website ini ahli banget ngomongin traveling ke Jepang.” Akhirnya, website kamu lebih dipercaya untuk topik tersebut.
2. Meningkatkan Ranking di SERP
SERP (Search Engine Result Page) alias halaman hasil pencarian Google adalah medan perang utama dalam dunia digital. Nah, enaknya topic cluster itu efeknya menular.
Bayangin gini: artikel kecil kamu, misalnya “Tips Hemat Liburan ke Tokyo”, tiba-tiba nangkring di halaman pertama Google. Karena artikel ini terhubung dengan artikel pillar “Panduan Lengkap Traveling ke Jepang”, Google juga bakal kasih sinyal positif ke artikel pillar tadi. Jadi nggak heran, kalau satu artikel cluster naik, artikel lainnya bisa ikut terdorong naik.
3. Pengalaman Pengguna Lebih Baik
Pernah nggak kamu lagi baca artikel, tapi malah bingung karena harus cari-cari sendiri artikel lain yang nyambung? Nah, topic cluster bikin pengalaman ini jadi lebih mulus. Jadi pembaca nggak perlu capek browsing lagi. Semua jawaban sudah tersedia di satu tempat.
4. Mengurangi Bounce Rate
Bounce rate itu persentase orang yang langsung kabur dari website setelah baca satu halaman aja. Semakin tinggi angkanya, semakin buruk untuk SEO.
Dengan topic cluster, pembaca akan “tergoda” buat klik artikel lain karena internal link-nya relevan. Dari artikel tentang “Tips Traveling ke Jepang” mereka bisa lanjut ke “Persiapan ke Jepang”, terus ke “Destinasi Wisata Wajib di Jepang”.
Akhirnya, mereka betah lama-lama di website kamu. Bounce rate pun menurun, dan Google melihat ini sebagai tanda positif.
5. Membangun Otoritas di Niche Tertentu
Semakin lengkap dan teratur kamu membahas satu topik, makin besar pula kamu dianggap ahli di bidang itu. Bukan cuma pembaca yang melihat kamu paham, tapi Google juga akan menilainya begitu.
Kalau kontenmu benar-benar membahas topik tertentu dari berbagai sisi, Google bisa memberikan websitemu topical authority, alias dianggap sebagai sumber terpercaya untuk topik tersebut.
Cara Membuat Topic Cluster
Membuat topic cluster sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan. Nah, berikut langkah-langkah detail yang bisa diikuti.
1. Tentukan Topik Utama (Core Topic)
Langkah pertama adalah memilih topik besar yang relevan dengan niche atau bisnis kamu. Topik ini harus cukup luas untuk dibahas dalam artikel utama yang komprehensif, tapi juga bisa dipecah menjadi subtopik yang lebih kecil.
2. Riset Keyword
Setelah menentukan topik utama, lanjutkan dengan riset keyword. Tujuannya adalah menemukan kata kunci utama dan turunan (long-tail keyword) yang dicari oleh audiens. Kamu bisa menggunakan tools seperti Google Keyword Planner, Ahrefs, atau Ubersuggest.
Dengan begitu, setiap artikel pendukung akan punya fokus yang jelas sesuai kebutuhan pembaca.
3. Buat Pillar Content
Setelah riset keyword, saatnya menulis pillar content page. Artikel ini berfungsi sebagai pusat informasi yang membahas topik utama secara luas.
Misalnya, kamu bisa membuat artikel berjudul “Panduan Lengkap Gaya Hidup Sehat untuk Pemula”. Dalam artikel ini, kamu cukup menjelaskan gambaran besar setiap subtopik tanpa terlalu detail, karena penjelasan lengkapnya akan ada di cluster content.
4. Buat Cluster Content
Berikutnya adalah membuat artikel pendukung atau cluster content. Artikel ini membahas subtopik secara lebih spesifik dengan target satu keyword long-tail saja. Dengan cara ini, pembaca bisa mendapatkan informasi mendalam sesuai kebutuhan mereka.
5. Hubungkan dengan Internal Link
Setelah pillar dan cluster content selesai dibuat, jangan lupa hubungkan keduanya dengan internal link. Setiap artikel cluster wajib menautkan ke pillar, dan sebaliknya, pillar harus menautkan ke cluster. Tujuannya adalah supaya Google dan pembaca memahami bahwa artikel-artikel ini saling terkait.
6. Gunakan Formula E-E-A-T
Dalam membangun topic cluster, jangan lupa menerapkan formula E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, dan Trustworthiness). Google semakin menilai kualitas konten berdasarkan siapa penulisnya, pengalaman yang ditunjukkan, serta seberapa bisa dipercaya sumbernya.
Jadi, pastikan setiap artikel menampilkan pengalaman nyata, misalnya cerita penggunaan langsung atau studi kasus. Lalu, tunjukkan keahlian dengan memberikan penjelasan mendalam, bukan sekadar informasi umum.
Selain itu, bangun otoritas dengan mencantumkan referensi dari sumber kredibel atau link keluar menuju situs resmi. Jangan lupa juga menjaga kepercayaan, misalnya dengan menulis informasi yang akurat, transparan, dan tidak menyesatkan.
7. Evaluasi dan Update
Terakhir, jangan anggap pekerjaan selesai setelah topic cluster terbentuk. SEO adalah hal yang jangka panjang, jadi kamu perlu melakukan evaluasi secara rutin. Lihat apakah ada artikel yang sudah tidak relevan atau ranking-nya turun, lalu lakukan content audit secara berkala.
Ada Solusi Gampangnya Gak?
Kalau kamu merasa bikin topic cluster itu ribet dan butuh banyak waktu, jangan khawatir. Kamu bisa serahkan urusan ini ke jasa SEO Whello. Di era serba AI seperti sekarang, strategi SEO yang tepat bukan cuma soal nulis artikel aja, tapi juga bagaimana kontenmu terstruktur dengan rapi dan bisa diandalkan Google.
Dengan bantuan tim profesional, hasilnya biasanya lebih terasa dibanding kalau kamu mengoptimasi SEO sendiri. Yang menarik, Whello juga menyediakan konsultasi gratis terlebih dahulu.
Jadi sebelum memutuskan untuk kerja sama, kamu bisa diskusi dulu tentang kebutuhan dan strategi yang paling pas untuk websitemu. Yuk konsultasi gratis sekarang!
Apakah topic cluster cocok untuk semua jenis website?
Ya, hampir semua website bisa memanfaatkan topic cluster. Baik blog personal, toko online, maupun website perusahaan. Selama kamu punya topik utama yang bisa dijabarkan menjadi subtopik, strategi ini bisa digunakan.
Berapa banyak cluster yang harus dibuat untuk satu pillar?
Tidak ada angka pasti. Bisa 5, 10, bahkan 20 artikel pendukung, tergantung luasnya topik utama. Semakin lengkap, semakin baik.
Apakah topic cluster harus langsung dibuat sekaligus?
Tidak. Kamu bisa mulai dari satu pillar content, lalu menambah cluster content sedikit demi sedikit. Yang penting, struktur linking tetap dijaga.
Mulai optimasi SEO website bisnismu sekarang!
Dapatkan posisi page 1 Google dan tingkatkan traffic serta revenue pada website bisnis kamu dengan SEO. Konsultasi dengan specialist kami sekarang!
Mulai Konsultasi!Ingin konsultasi
dengan para specialist
Whello?
Tips lainnya dari kami
Google AI Mode Ads: Update Terbaru yang Harus Diketahui Pengiklan
Temukan update terbaru tentang Google AI Mode Ads yang wajib diketahui pengiklan! Dapatkan tips dan triknya di sini!
Auto Generated Content: Apa Dampaknya Bagi Website & Ranking?
Kalau kamu pernah browsing dan nemu artikel yang bahasannya terasa robot banget, kemungkinan besar itu adalah Auto Generated Content (AGC). Fenomena ini makin sering ditemui karena perkembangan teknologi AI dan software otomatis

Membuat City Page Menggunakan Programmatic SEO di WordPress
Temukan langkah-langkah praktis untuk membuat city page di WordPress dengan programmatic SEO. Cek caranya di sini!
Follow us on Instagram
Temukan tips bermanfaat digital marketing serta keseruan spesialis Whello dalam menumbuhkan brand, hanya di Instagram @whello.indonesia. Follow, ya!