Biar lebih paham, kita pakai contoh ini:
Misalnya kamu punya dua versi judul email. Dengan A/B Testing, kamu bisa kirim judul A ke separuh audiens, dan judul B ke sisanya. Hasilnya akan menunjukkan versi mana yang lebih banyak diklik.
Fungsi A/B Testing
A/B Testing punya banyak manfaat, terutama dalam hal optimasi performa dan efisiensi strategi pemasaran digital. Beberapa tujuan utamanya antara lain:
- Meningkatkan konversi
- Mengurangi bounce rate
- Mengoptimalkan user experience
- Mendukung keputusan berbasis data
Panduan Melakukan A/B Testing
Berikut panduan singkat langkah melakukan A/B Testing:
1. Tentukan Tujuan Uji Coba
Misalnya ingin meningkatkan CTR (click-through rate) pada tombol CTA di halaman landing.
2. Identifikasi Variabel yang Akan Diuji
Pilih satu elemen yang ingin diuji, seperti warna tombol, judul artikel, gambar, atau layout.
3. Buat Dua Versi (A dan B)
Versi A sebagai kontrol (versi asli) dan versi B sebagai variasi yang ingin diuji.
4. Tentukan Sample dan Durasi Tes
Bagikan traffic secara acak antara versi A dan B. Durasi pengujian idealnya minimal beberapa hari, tergantung traffic.
5. Analisis Hasil
Lihat mana versi yang punya performa lebih baik berdasarkan metrik yang kamu tentukan sebelumnya.
6. Implementasi dan Evaluasi Lanjutan
Terapkan versi yang menang dan terus evaluasi hasilnya. Kamu bisa lanjut uji elemen lain setelahnya.
Kesimpulan
A/B Testing adalah salah satu strategi penting untuk mengasah efektivitas kampanye digitalmu.
Dengan menguji dan menganalisis respon audiens secara langsung, kamu bisa membuat keputusan pemasaran yang lebih akurat dan berdampak. Mulai dari hal kecil seperti judul email hingga desain halaman utama, semuanya bisa diuji demi hasil yang lebih maksimal.
Gampangnya, ASO itu mirip-mirip kayak SEO, tapi khusus buat aplikasi. Tujuannya untuk meningkatkan visibilitas, jumlah download, dan mendapatkan rating aplikasi.
Kenapa ASO Itu Penting
1. Menjangkau pengguna yang tepat
Dengan menyisipkan kata kunci yang sesuai, kamu bisa menjangkau orang-orang yang memang lagi cari solusi seperti yang aplikasi kamu tawarkan.
2. Hemat biaya
ASO bantu datangkan pengunjung secara organik dari hasil pencarian, jadi kamu nggak perlu terus-menerus bergantung pada iklan berbayar.
3. Membangun kepercayaan dan kredibilitas
Semakin tinggi posisi aplikasi di hasil pencarian, makin besar juga kesan profesional dan kredibel di mata pengguna baru.
4. Pertumbuhan jangka panjang
Optimasi yang tepat bikin halaman aplikasi kamu terus mendatangkan unduhan dari waktu ke waktu, tanpa harus mulai dari nol lagi.
Faktor yang Memengaruhi Ranking Aplikasi di ASO
Menurut Semrush, Apple App Store dan Google Play memberi peringkat pada aplikasi secara berbeda dan menampilkannya dengan cara yang bervariasi.
Berikut ini adalah perbedaan umum antara keduanya:
Faktor Penentu Ranking di Apple App Store
Faktor | Penjelasan |
App Name | Nama aplikasi itu ibarat judul utama. Harus mencerminkan fungsinya dan mengandung keyword penting. |
Subtitle | Teks pendek di bawah nama aplikasi. Gunakan keyword tambahan di sini untuk bantu mesin pencari Apple paham isi aplikasimu. |
Description | Meski bukan faktor langsung di App Store (beda dengan Google Play), deskripsi tetap penting untuk meyakinkan calon pengguna. |
Keywords (Field Khusus) | App Store punya kolom khusus buat kamu masukkan keyword. Ini gak kelihatan user, tapi sangat penting buat ranking. |
Category | Pilih kategori yang paling relevan. Salah pilih bisa bikin aplikasi kamu nyasar target market-nya. |
Number of Installs | Semakin banyak diunduh, makin besar kemungkinan aplikasi naik ranking. |
Experience with the App | Apple sangat memperhatikan pengalaman pengguna — dari kecepatan loading sampai tampilan antarmuka. |
Reviews and Ratings | Aplikasi dengan rating tinggi dan ulasan positif biasanya punya peluang lebih besar naik ke hasil pencarian teratas. |
App Updates | Update rutin nunjukin kalau aplikasi kamu terus diperbaiki dan dikembangkan, yang mana ini jadi sinyal positif buat Apple. |
In-App Events | Fitur event dalam aplikasi (misal turnamen, promo khusus, dll.) bisa membantu menarik perhatian dan mempertahankan engagement. |
In-App Purchases | Produk yang dijual di dalam aplikasi bisa membantu Apple mengenali nilai komersial aplikasi kamu. |
Faktor Penentu Ranking di Google Play Store
Faktor | Penjelasan |
App Title | Sama pentingnya dengan App Store. Masukkan keyword utama kamu di sini dengan cara natural. |
App Short Description | Deskripsi singkat ini muncul pertama kali di listing. Pastikan mengandung value utama + keyword. |
App Long Description | Google ‘membaca’ deskripsi panjang kamu. Gunakan keyword dengan natural, tanpa spam. |
Number of Installs | Jumlah download tetap jadi sinyal utama: makin banyak, makin terpercaya. |
Reviews and Ratings | Ulasan positif dan rating tinggi menunjukkan kualitas aplikasi dan membantu naik peringkat. |
Icon | Visual yang menarik bisa meningkatkan klik dan konversi. Ini bisa bantu secara tidak langsung ke ranking. |
Screenshots | Screenshot yang informatif dan menarik bantu meyakinkan user buat download. Google juga memproses elemen visual ini. |
Videos | Video preview aplikasi bisa meningkatkan engagement. Lebih banyak interaksi = sinyal positif buat Google. |
App Usability | Google mempertimbangkan seberapa bagus user experience dalam aplikasi kamu — dari performa, bug, hingga kemudahan navigasi. |
Customer Support Experience | Respons cepat terhadap review dan masalah user bisa meningkatkan kepercayaan dan rating. |
App Updates | Aplikasi yang rutin di-update menunjukkan komitmen pada kualitas. Google suka yang aktif berkembang! |
Kesimpulan
ASO (App Store Optimization) merupakan cara agar aplikasi kamu makin gampang ditemukan dan makin banyak diunduh tanpa harus terus memasang iklan. Dengan optimasi yang tepat, kamu bisa menjangkau user yang relevan dan membangun kredibilitas.
Apple App Store dan Google Play Store punya “aturan main” yang beda soal ranking. Apple lebih fokus ke kualitas konten dan pengalaman pengguna, sementara Google lebih mirip algoritma SEO yang menilai teks dan kata kunci secara menyeluruh.
Intinya, kalau kamu serius mau bersaing di pasar aplikasi, jangan anggap remeh ASO. Karena dengan strategi yang tepat, ASO bisa jadi kunci pertumbuhan aplikasi kamu ke level berikutnya.
Periode Waktu yang Dipakai untuk Mengukur Active Users
Ada tiga definisi active user yang paling sering digunakan, yaitu:
1. Daily active user (DAU): Ini adalah pengguna yang berinteraksi dengan aplikasi dalam satu hari tertentu (misalnya, pada tanggal 1 Januari).
2. Weekly active user (WAU): Merujuk pada pengguna yang berinteraksi dengan aplikasi selama periode tujuh hari (misalnya, dari 1-7 Januari).
3. Monthly active user (MAU): Pengguna yang berinteraksi dengan aplikasi selama periode 30 hari (misalnya, dari 1-31 Januari).
Pentingnya setiap periode pengukuran ini sangat tergantung pada jenis atau segmen aplikasi. Meskipun metrik Daily Active User penting, tapi untuk aplikasi yang bersifat musiman atau dipakai sesekali seperti aplikasi booking hotel atau aplikasi perbankan, mungkin akan lebih memprioritaskan metrik Monthly Active User.
DAU dan MAU biasanya menjadi dua metrik yang paling sering digunakan. Keduanya bisa kamu manfaatkan untuk menghitung “stickiness” atau daya lekat aplikasi. Stickiness sendiri mengukur seberapa sering pengguna kembali dan menggunakan aplikasi.
Contohnya,
Bayangkan kamu punya 500 monthly active users, dan 50 di antaranya berinteraksi dengan produk setiap hari. Itu berarti aplikasi kamu memiliki stickiness 10%.
Artinya, 10% dari pengguna aktif harian kamu adalah pengguna aktif bulanan yang loyal.
Apa Perbedaan Antara User dan Active User?
Active users itu dihitung unik dalam periode yang kamu tentukan. Jadi, kalau ada satu pengguna yang aktif berkali-kali dalam sehari, dia tetap terhitung sebagai satu active user saja.
Nah, di sisi lain, ada juga pengguna inactive atau churned. Mereka adalah pengguna yang sudah menginstal aplikasi, tapi tidak menggunakannya selama periode yang dipilih.
Tentu saja, mereka tidak akan masuk hitungan sebagai active users, meskipun ada potensi mereka bisa aktif kembali nanti lewat kampanye re-engagement yang pas.
Mengapa Active User Penting bagi Bisnis Kamu?
Dari sudut pandang bisnis, active users punya potensi besar untuk menghasilkan pendapatan. Sebuah aplikasi sangat bergantung pada active users agar bisa terus bertahan dan berkembang, jadi jumlah active users yang sehat adalah sinyal positif.
Menghitung jumlah active users aplikasi dalam rentang waktu tertentu juga bisa membantumu menilai seefektif apa kampanye pemasaran yang sudah berjalan. Lonjakan jumlah active users yang terjadi berbarengan dengan push notification di hari tertentu, atau penawaran mingguan, bisa kamu analisis dan bandingkan dengan kampanye serupa untuk mengevaluasi performanya.
Mengetahui angka active users juga penting untuk menghitung metrik-metrik kunci lainnya. Indikator seperti retention rate sangat bergantung pada informasi apakah pengguna tetap aktif dalam periode waktu tertentu, dan metrik seperti lifetime value (LTV) bahkan tidak bisa dihitung tanpa data retensi.
Singkatnya, jumlah active users punya dua fungsi utama, yaitu sebagai cerminan umum kesehatan sebuah aplikasi dan sebagai langkah awal untuk menghitung metrik yang lebih dalam serta informatif di kemudian hari.
Jadi, Active User Bukan Sekedar Angka
Jumlah active users, kalau dilihat sendiri, memang sudah jadi indikator awal yang bagus untuk tahu kondisi kesehatan aplikasi kamu. Dengan memantau DAU, WAU, dan MAU secara rutin, kamu bisa dapat gambaran jelas tentang performa aplikasi dari waktu ke waktu. Tapi, untuk mendapatkan nilai maksimal dari data ini, kamu butuh lebih dari sekadar angka.
Marketer dan advertiser perlu menggabungkan informasi active user dengan data lain yang dikumpulkan. Mulai dari pengeluaran dalam aplikasi, jumlah sesi, perilaku pengguna, hingga metrik lainnya. Ini penting banget untuk benar-benar tahu apakah para active users kamu itu memang memberikan nilai nyata dan berkontribusi pada tujuan bisnismu.