Sudah membuat puluhan artikel, sudah menerapkan seo on-page dan off-page, namun website kamu belum juga berada di halaman 1 Google. Ini membuat kamu bertanya-tanya sebenarnya konten seperti apa yang disukai Google? (Agar bisa berada di halaman 1 Google).
Sebenarnya Google punya quality guideline yang bisa membantu kamu dalam membuat konten yang berkualitas sesuai seperti apa yang direkomendasikan Google. Algoritma Google saat ini sudah sangat cerdas, Google bisa tahu mana website yang berada di halaman 1 namun kontennya tidak relevan atau tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh visitor.
Perlahan konten tersebut akan turun rangkingnya bahkan yang paling parah jika terindikasi menggunakan teknik blackhat akan langsung dikenakan deindex oleh Google. Maka dari itu kamu harus membuat konten yang relevan.
Quality guideline diatas bisa dikatakan clue yang diberikan Google berdasarkan data yang mereka miliki dari kebanyakan visitor mereka. Maka dari itu semua clue-clue diatas akan saya bahas tuntas dibawah.
Daftar isi
1. Konten Seperti Apa yang Dibutuhkan Oleh Visitor?
Jadi Google saat ini bisa tahu di setiap keyword sebenarnya konten apa yang dibutuhkan visitor. Misal jika kamu mengetik di Google dengan keyword: “Cara mendapatkan uang dari blog”. Maka jelas yang kamu butuhkan adalah konten berupa artikel yang membahas secara detail tentang topik tersebut.
Namun beda hal jika kamu mengetik dengan keyword: “Beli baju balap”. Jelas yang kamu inginkan adalah website yang menjual atau menyediakan produk baju balap. Menurut Google sendiri, ada 3 jenis keyword.
- Navigasi
- Transaksi
- Informasi
a. Navigational
Untuk keyword navigational adalah keyword yang kebanyakan pencarinya menginginkan informasi tentang sebuah lokasi. Contohnya kamu mengetik di Google “Jasa Pembuatan Website Terdekat” maka akan muncul berbagai agensi yang mempunyai service jasa pembuatan website terdekat dari lokasi kamu.
Bagaimana menyikapi hal ini? Jika kamu punya sebuah website produk, usahakan agar SEO lokal dari website kamu sudah dioptimasi. Yang paling dasar kamu bisa mendaftarkan usaha kamu ke Google My Business. Dengan begitu Google bisa tahu dimana lokasi usahamu berada.
Jadi jika sewaktu-waktu ada yang mencari produk kamu dengan mengetik keyword seperti diatas, maka website dan Google My Business kamu akan muncul paling atas.
b. Transactional
Dari namanya saja sudah jelas, keyword jenis ini merupakan keyword yang diharapkan kontennya berisi tentang penjualan sebuah produk. Biasanya keywordnya seperti “beli sepatu converse”. Jadi sudah jelas, visitor yang menggunakan keyword ini pasti ingin membeli sebuah produk.
Jadi jangan sekali-kali kamu mentarget keyword transaksional seperti diatas namun konten kamu berisi tentang konten artikel atau yang lainnya yang tidak menjual sebuah produk. Namun biasanya keyword jenis transaksional sangat ketat persaingannya. Karena kebanyakan yang menduduki halaman 1 Google dengan keyword ini merupakan marketplace-marketplace besar. Jika di Indonesia ada Bukalapak, Tokopedia, Lazada, dan lain-lain.
c. Informational
Keyword jenis ini adalah keyword yang paling sering dicari. Jadi intinya orang yang menggunakan keyword jenis ini menginginkan sebuah jawaban dari pertanyaan yang mereka masukkan di kolom pencarian Google.
Contoh keywordnya seperti “Siapa presiden pertama Indonesia”, “Ibukota Amerika”, dan lain-lain. Jika website kamu berisi tentang informasi, sebuah keputusan yang tepat jika kamu mentarget keyword jenis ini.
Jadi sudah tidak bingung lagi kan menentukan keyword yang sesuai dengan jenis website kamu?
2. Relevan dengan Judul
Algoritma Google saat ini bisa menilai mana halaman yang relevan dengan keyword yang dicari. Misal jika kamu membuat sebuah artikel dengan judul yang click bait dan isinya sama sekali tidak relevan. Mungkin di awal kamu berhasil menaikkan artikel kamu ke halaman 1, namun ketika user yang datang ke website kamu tidak puas, terbukti dari bounce rate artikel kamu yang tinggi. Maka algoritma Google secara otomatis akan menurunkan rangking artikel kamu.
Akibatnya perlahan ranking kamu akan turun dan semakin turun. Bahayanya lagi jika hal tersebut kamu lakukan secara sengaja untuk mengelabui visitor, bisa saja website kamu terkena deindex Google. Semua link website kamu akan di deindex Google dan tidak terdeteksi di search engine.
3. Menjelaskan Secara Detail
Jika kamu mencari sebuah informasi, pasti kamu menginginkan penjelasan yang detail dan jelas bukan? Karena itu Google memperbarui algoritmanya dengan mengutamakan konten yang punya penjelasan detail dan jelas.
Sumber: Sweor
Jika kamu lihat pada infografik diatas, konten yang berada di halaman 1 rata-rata punya jumlah kata sebanyak 2300an. Ini membuktikan bahwa artikel yang detail dan jelas adalah artikel yang disukai visitor dan Google.
Namun bukan berarti kamu membuat artikel yang mengulang-ulang hal yang sama supaya artikel kamu panjang. Algoritma Google sudah cerdas dan akan mengetahui hal tersebut.
4. Tambahkan Konten yang Dapat Membantu Visitor
Untuk membuat konten yang panjang sekaligus membantu visitor kamu, tambahkan beberapa konten yang menurutmu juga dibutuhkan visitor saat mengunjungi artikelmu. Untuk menemukan konten tambahan yang dapat membantu visitormu cukup mudah.
Kalian pasti sudah tahu istilah long tail keyword kan? Nah tambahkan beberapa long tail keyword dari keyword utama kamu dan jadikan sebagai konten tambahan. Misal kamu membahas tentang “cara membuat artikel yang menarik”.
Long tail keywordnya adalah “cara membuat artikel yang menarik untuk dibaca, cara membuat artikel yang menarik bermanfaat untuk banyak orang, dan seterusnya” Dengan begitu kualitas artikel kamu akan berbobot dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh visitor kamu.
Nah dari situ kamu bisa melihat bahwa orang selain mencari menggunakan keyword utama tersebut, mereka juga menambahkan beberapa varian long tail keyword. Karena itu kamu harus memanfaatkan kesempatan tersebut.
5. Memaksimalkan Internal Linking
Untuk mengoptimalkan on-page seo website kamu, jangan lupa untuk memaksimalkan internal linking setiap membuat artikel. Hal ini bermanfaat agar visitor website kamu tidak cepat keluar dari website kamu (Bounce).
Karena algoritma Google saat ini menganggap bahwa halaman yang mempunyai bounce rate tinggi dianggap tidak relevan atau tidak bagus. Yang efeknya bisa membuat ranking website kamu turun.
Namun kamu juga harus bijak dalam menggunakan internal linking. Pastikan keyword yang kamu beri link ke halaman lain di website kamu masih relevan. Karena jika tidak, visitor website kamu akan meninggalkan website kamu tanpa membaca artikel.
Kesimpulan
Jadi itulah 5 tips agar konten kamu sesuai dengan update algoritma Google yang terbaru. Algoritma Google saat ini sudah pintar dalam menilai sebuah halaman website. Google bisa tahu mana website yang punya value tinggi dan bermanfaat untuk visitornya.
Karena itu berikanlah konten yang berkualitas serta bermanfaat untuk visitor kamu. Dengan begitu visitor website kamu akan suka dengan konten yang ada di website kamu, begitu juga dengan Google. Karena pada dasarnya, algoritma Google berusaha memberi hasil yang sesuai dengan visitor inginkan.
Dapatkan keuntungan maksimal dengan Copywriting yang tepat!
Promosikan produk dan jasamu dengan teknik copywriting yang tepat untuk menarik lebih banyak pelanggan potensial. Konsultasi dengan specialist kami sekarang!
Mulai Konsultasi!Ingin konsultasi
dengan para specialist
Whello?
Tips lainnya dari kami
Bongkar Mitos Google Ads Sebelum Beriklan
Temukan kebenaran di balik mitos Google Ads sebelum kamu mulai beriklan. Dapatkan wawasan berharga untuk memaksimalkan hasil iklan kamu!
Query Deserves Freshness: Algoritma Google yang Prioritaskan Konten Baru
Temukan bagaimana Query Deserves Freshness (QDF) memengaruhi peringkat pencarian kamu! Dapatkan wawasan mendalam di sini.
Website Desa: Kenali Manfaat, Fungsi, dan Cara Membuatnya!
Kenali berbagai manfaat dan fungsi website desa. Ikuti panduan untuk membuatnya dan tingkatkan keterlibatan serta informasi di desa kamu!
Follow us on Instagram
Temukan tips bermanfaat digital marketing serta keseruan spesialis Whello dalam menumbuhkan brand, hanya di Instagram @whello.indonesia. Follow, ya!